Kesultanan Banjar | Saya pribadi Ahmad Syaukani Bin Abdul Azis [Kandangan] mengucapkan Selamat milad kesultanan banjar, bangga rasanya menjadi warga banjar yang mencintai budaya leluhur.
Dalam edisi khusus milad kesultanan banjar ke 511, kita ingin mengangkat sejarah dan perjalanan kesultanan banjar dari sisi sejarah, mitos dan cerita rakyat banjar turun temurun, dengan harapan artikel ini mampu memberikan dan menambah kecinta'an pada budaya banua sendiri.

Cikal Bakal Kesultanan Banjar

Kalau kita berbicara sejarah kerajaan banjar maka tidak akan pernah luput dari fakta keberadaan daha [Nagara Dipa] sebuah kerajaan hindu yang ada di pulau kalimantan, berdiri sejak abad ke 12. Dari sinilah kerajaan banjar berdiri, melalui pangeran buana atau juga pangeran samudra atau pangeran suriansyah, pendiri kesultanan banjar sekaligus raja banjar muslim pertama.
Pada masa kepemimpinan kerajaan Dipa dibawah kekuasaan Raden Sari Kaburungan pusat pemerintahan dipindahkan dari Candi Agung (Amuntai), pusat pemerintahan ke Muara Ulak dengan alasan untuk menghindari bencana sebab ibukota yang lama dianggap sudah kehilangan tuahnya.
Selain pemindahan pusat pemerintahan,nama Kerajaan Negara Dipa juga diubah menjadi Negara Daha.Hal ini menandai diawalinya era baru dari Kerajaan yang mana akan menjadi Kesulanan Banjarmasin ini.
Dibawah kekuasaan Raden Sari Kaburungan,didirikan pelabuhan di daerah Kuta Arya Terengana,yang berada di pertemuan Sungai Barito dan Sungai Negara. Pelabuhan baru ini mengakibatkan aktivitas perdagangan semakin ramai.
Setelah Raden Sari Kabarungan wafat,penguasa kerajaaan Negara Daha terus berganti, hingga saat Maharaja Sukarama memerintah.
Saat Maharaja Sukarama memerintah, ia mewasiatkan tahta kekuasaan Negara Daha kepada cucunya, Pangeran Samudra.
Maka setelah Maharaja Sukarama wafat, Pangeran Tumenggung mengambil alih gelar raja Negara Daha secara paksa dari Raden Samudra.

Berdirinya Kesultanan Banjar

Raden Samudra yang kalah kemudian melarikan diri ke daerah di hilir Sungai Barito. Ia meminta perlindungan keapda orang Dayak Ngaju yang mendiami daerah yang disebut Banjar Oloh Masih dengan pemimpinya Patih Masih yang kemudian mengakui Pangeran Samudra sebagai pemimpin yang sah dari kerajaan Daha.

Di kediaman Patih Masih, Pangeran Samudra berupaya untuk menyusun strategi merebut Negara Daha dari tangan pamanya, Pangeran Tumenggung. Selain bantuan dari Patih Masih, ia juga meminta bantuan kepada Paih Balit, Patih Balitung, Patih Muhur, dan Patih Kuin. Para patih ini merupakan pemimpin dari daerah sekitar dimana Pangeran Samudra melarikan diri. Dengan bantuan dari beberapa Patih ini kemudian Pangeran Samudra mendirikan suatu kerajaan baru di daerah kuin [Banjarmasin].
Walaupun sudah mendapat bantuan dari berbagai bantuan dari beberapa patih,Pangeran Samudra merasa bahwa dirinya masih harus mengumpulkan kekuatan yang lebih banyak dan kuat. Maka dari itu ia mengirim utusan ke Kesultanan Demak dengan harapan Demak akan memberikan bantuan.
Kesultanan Demak mengiyakan permintaan Pangeran Samudra, namun dengan syarat Pangeran Samudra beserta seluruh pengikutnya harus masuk Islam. Pangeran Samudra yang mendengar hal ini lalu menyetujui persyaratan ini. Setelah menyetujui persyaratan tersebut Kesultanan Demak mengirimkan 1.000 pasukan beserta dua orang penghulu yang akan metahbiskan Pangeran Samudra sebagai seorang sultan. Setelah berganti gelar menjadi Sultan Suryanullah, ia kemudian merubah nama kerajaanya menjadi Kesultanan Banjarmasin.
Setelah berhasil mengumpulkan kekuatan baru, ia kemudian menyerang dan berhasil mengalahkan Negara Daha yang berada dibawah pimpinan Pangeran Tumenggung. Dengan kemenangan dari Sultan Suryanullah ini, menandai bahwa Kesultanan Banjarmasin adalah penguasa baru di tanah Kalimantan Selatan.