Dalam edisi khusus milad kesultanan banjar ke 511, kita ingin mengangkat sejarah dan perjalanan kesultanan banjar dari sisi sejarah, mitos dan cerita rakyat banjar turun temurun, dengan harapan artikel ini mampu memberikan dan menambah kecinta'an pada budaya banua sendiri.
Cikal Bakal Kesultanan Banjar
Kalau kita berbicara sejarah kerajaan banjar maka tidak akan pernah luput dari fakta keberadaan daha [Nagara Dipa] sebuah kerajaan hindu yang ada di pulau kalimantan, berdiri sejak abad ke 12. Dari sinilah kerajaan banjar berdiri, melalui pangeran buana atau juga pangeran samudra atau pangeran suriansyah, pendiri kesultanan banjar sekaligus raja banjar muslim pertama.Pada masa kepemimpinan kerajaan Dipa dibawah kekuasaan Raden Sari Kaburungan pusat pemerintahan dipindahkan dari Candi Agung (Amuntai), pusat pemerintahan ke Muara Ulak dengan alasan untuk menghindari bencana sebab ibukota yang lama dianggap sudah kehilangan tuahnya.
Selain pemindahan pusat pemerintahan,nama Kerajaan Negara Dipa juga diubah menjadi Negara Daha.Hal ini menandai diawalinya era baru dari Kerajaan yang mana akan menjadi Kesulanan Banjarmasin ini.
Dibawah kekuasaan Raden Sari Kaburungan,didirikan pelabuhan di daerah Kuta Arya Terengana,yang berada di pertemuan Sungai Barito dan Sungai Negara. Pelabuhan baru ini mengakibatkan aktivitas perdagangan semakin ramai.
Setelah Raden Sari Kabarungan wafat,penguasa kerajaaan Negara Daha terus berganti, hingga saat Maharaja Sukarama memerintah.
Saat Maharaja Sukarama memerintah, ia mewasiatkan tahta kekuasaan Negara Daha kepada cucunya, Pangeran Samudra.
Maka setelah Maharaja Sukarama wafat, Pangeran Tumenggung mengambil alih gelar raja Negara Daha secara paksa dari Raden Samudra.
Berdirinya Kesultanan Banjar
Raden Samudra yang kalah kemudian melarikan diri ke daerah di hilir Sungai Barito. Ia meminta perlindungan keapda orang Dayak Ngaju yang mendiami daerah yang disebut Banjar Oloh Masih dengan pemimpinya Patih Masih yang kemudian mengakui Pangeran Samudra sebagai pemimpin yang sah dari kerajaan Daha.Di kediaman Patih Masih, Pangeran Samudra berupaya untuk menyusun strategi merebut Negara Daha dari tangan pamanya, Pangeran Tumenggung. Selain bantuan dari Patih Masih, ia juga meminta bantuan kepada Paih Balit, Patih Balitung, Patih Muhur, dan Patih Kuin. Para patih ini merupakan pemimpin dari daerah sekitar dimana Pangeran Samudra melarikan diri. Dengan bantuan dari beberapa Patih ini kemudian Pangeran Samudra mendirikan suatu kerajaan baru di daerah kuin [Banjarmasin].
Walaupun sudah mendapat bantuan dari berbagai bantuan dari beberapa patih,Pangeran Samudra merasa bahwa dirinya masih harus mengumpulkan kekuatan yang lebih banyak dan kuat. Maka dari itu ia mengirim utusan ke Kesultanan Demak dengan harapan Demak akan memberikan bantuan.
Kesultanan Demak mengiyakan permintaan Pangeran Samudra, namun dengan syarat Pangeran Samudra beserta seluruh pengikutnya harus masuk Islam. Pangeran Samudra yang mendengar hal ini lalu menyetujui persyaratan ini. Setelah menyetujui persyaratan tersebut Kesultanan Demak mengirimkan 1.000 pasukan beserta dua orang penghulu yang akan metahbiskan Pangeran Samudra sebagai seorang sultan. Setelah berganti gelar menjadi Sultan Suryanullah, ia kemudian merubah nama kerajaanya menjadi Kesultanan Banjarmasin.
Setelah berhasil mengumpulkan kekuatan baru, ia kemudian menyerang dan berhasil mengalahkan Negara Daha yang berada dibawah pimpinan Pangeran Tumenggung. Dengan kemenangan dari Sultan Suryanullah ini, menandai bahwa Kesultanan Banjarmasin adalah penguasa baru di tanah Kalimantan Selatan.
Saya dukung pelestarian khazanah cerita rakyat, hikayat, legenda, situs sejarah dan situs prasejarah kandangan, hulu sungai selatan, kalimantan selatan seperti Situs pemukiman hunian kuno manusia prasejarah di situs jambu hilir padang rasau dan situs jambu hulu sungai tatau, Sang maharaja sukarama dan raja-raja dari kerajaan negara daha, perebutan tahta pangeran samudera dengan pangeran tumenggung, legenda raja gubang dan raja bagalung kerajaan bakaling, datu panglima amandit, datung suhit dan datuk makandang, datu singa mas, datu kurba di sungai paring dalam, datu ramanggala di ida manggala, datu rampai dan datu parang di baru sungai raya, datu ulin dan asal mula kampung ulin, datu sangka di papagaran, datu saharaf parincahan, datu putih dan datu karamuji di banyu barau, legenda batu laki dan batu bini di padang batung, legenda gunung batu bangkai loksado, datu ning suriang pati di gambah dalam, legenda datu ayuh sindayuhan dan datu intingan bambang basiwara di loksado, kisah datu ning bulang di hantarukung, datu durabu di kalumpang, datu baritu taun dan datu patinggi di telaga langsat, legenda batu manggu masak mandin tangkaramin di malinau, kisah telaga bidadari datu awang sukma di hamalau, kisah gunung kasiangan di simpur, kisah datu kandangan dan datu kartamina, datu hamawang dan datu balimbur serta sejarah mesjid quba, tumenggung antaludin, tumenggung mat lima dan tumenggung mat jingga mempertahankan benteng gunung madang, panglima bukhari dan perang amuk hantarukung di simpur, datu naga ningkurungan luk sinaga di luk loa, datu singa karsa dan datu ali ahmad di pandai, datu buasan dan datu singa jaya di hampa raya, datu haji muhammad rais dan datu jaya pati di bamban, datu janggar dan datu janggaran di malutu, datu bagut di hariang, sejarah mesjid ba angkat di wasah, dakwah penyebaran agama islam tumenggung kartawedana, datu haji sahid dan datu haji said, datu taniran di angkinang, datu balimau di kalumpang, datu daha, datu kubah dingin, makam habib husin di tengah pasar kandangan, kubur habib ibrahim nagara dan kubah habib abu bakar lumpangi, kubur enam orang pahlawan di ta’al, makam keramat bagandi, kuburan tumpang talu di parincahan, pertempuran garis demarkasi dan kubur Brigjen H.M. Yusi di karang jawa, pahlawan wanita aluh idut di tinggiran, panglima dambung di padang batung, gerombolan letnan dua Ibnu hajar, sampai cerita tentang perang kemerdekaan Divisi IV ALRI oleh pejuang-pejuang kandangan yang banyak tersebar di banua amandit yang dipimpin Brigjend H. Hasan Basery di telaga langsat, karang jawa, jambu, mandapai, padang batung, ni’ih, simpang lima, sungai paring, tabihi, durian rabung, munggu raya dan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan kalimantan.
ReplyDeleteSemuanya adalah salah satu aset budaya dan sejarah bagi Kalimantan Selatan.
Ada bahan refferensinya kah mang, nyaman kita meangkat batang nang tarandam ... lestarilam budaya kita nang mulai banyak terlupakan
Delete